BUKU FIKSI (NOVEL)
Judul :
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Penulis : Haji
Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah (Hamka)
Penerbit : Bulan
Bintang
Diterbitkan : Tahun 1976
SINOPSI
S
Cerita
dimulai dari seorang pemuda bernama Zainuddin. Ayahnya seorang Minangkabau yang
diasingkan di Makasar, karena membunuh
mamaknya yang selalu menggerogoti hartanya. Ayahnya menikah dengan seoarang
wanita dari keluarga terpandang di Makasar. Ibunya meninggal beberapa hari
setelah melahirkan Zainuddin. Saat dia beranjak remaja. Ayahnya menyusul ibunya. Jadilah Zainuddin seorang
yatim piatu. Dia diasuh oleh pembantunya yang bernama mak Base, dengan warisan dari ayahanya yang cukup untuk
kehidupanya. Dalam waktu yang tidak lama Zainuddin pergi merantau ke negeri Ayahnya
di Padang Panjang dengan niatan menuntut ilmu, dengan berat hati pembantunya
melepaskan. Saat di Padang Panjang di teruskanya perjalanan ke dusun Batipuh, karena
menurut keterangan disanalah negeriayahnya yang asli. Disana dia tidak dianggap
sebagai keluarga, karena ibunya bukan dari sana. Zainuddin tinggal di rumah
bibinya, dibolehkan tinggal disana juga karena dia memberi uang belanja.
Suatu
hari Zainuddin melihat seorang gadis yang cantik, lembut bernama Hayati.
Zainuddin jatuh hati pada Hayati. Hayati membalas cinta Zainuddin. Walaupun
hubungan cinta mereka hanya bisa dilakukan dengan surat menyurat, tapi cukup
untuk saling berbagi rasa. Sampai Saat Zainuddin harus pergi ke Padang Panjang
karena keberadaanya makin tidak diterima. Hayati melepaskanya dengan sebuah
janji untuk setia. Di sebuah kesempatan untuk berkunjung ke Padang Panjang guna
menemui Khodijah sahabatnya, Hayati juga sudah membuat janji ketemuan dengan
Zainuddin, untuk melihat pacuan kuda. Hayati
yang biasanya berbaju tertutup, oleh Khodijah didandani serba terbuka.
Sehingga Aziz kakaknya Khodijah jatuh
hati. Zainuddin sangat kaget melihat perubahan besar pada Hayati. Ditambah lagi
hinaan Khodijah tentang penampilan Zainuddin yang serba kuno.
Rasa
cinta yang mereka bangun selama ini sedikit memudar. Kesempatan ini di
manfaatkan Aziz untuk mendekati Hayati. Aziz datang ke kampung Hayati untuk
melamar. Padahal beberapa hari sebelumnya, datanglah surat Zainuddin yang
isinya juga hendak melamar. Dengan mempertimbangkan bibit, bebet, dan bobot,
lamaran Aziz-lah yang diterima. Hayati menerima saja keputusan itu karena jika
menolak dia tidak dianggap sebagai keluarga. Zainuddin yang mendengar kabar itu
langsung tidak berdaya, dia sakit parah dan sering nenggigo menyebut nama
Hayati. Dokter yang memeriksa,
menyarankan agar dia di pertemukan dengan Hayati. Setelah dikirimi surat,
Hayati dan Aziz datang menemui Zainuddin. Ajaib Zainuddin lansung sembuh, tapi
ketika sadar dia sangat sedih karena dijari Hayati melingkar sebuah cincin
kawin. Bang Muluk, anak ibu kos yang baik hati, dia memberikan nasihat agar
melupakan hayati dan mulai berkarya. Mereka pun memutuskan merantau ke
Surabaya. Disana Zainuddin menjadi penulis. Roman-romanya yang mengharukan dan
romantis sangat laris di pasaran. Namanya terkenal di seluruh nusantara. Aziz
memutuskan untuk pindah ke Surabaya bersama Hayati. Hubungan mereka tidak
harmonis. Sampai suatu kesempatan mereka mendatangi suatu acara perkumpulan
orang-orang Sumatra. Disana mereka bertemu dengan Zainuddin yang saat itu
diundang. Zainuddin bersikap biasa seolah tidak pernah cinta mati sama Hayati.
Sifat Aziz yang suka judi dan mabuk-mabukan
diketahui oleh Hayati. Hayati semakin menderita saat Aziz bangkrut. Aziz
memutuskan untuk mencari kerja di Banyuwangi, sementara Hayati dititipkan ke
Zainuddin. Zainuddin masih bersikap seperti tidak perrnah mencintai Hayati.
Karena frustasi dan depresi, Aziz bunuh diri. Dia meninggalkan pesan agar
Hayati menikah dengan Zainuddin. Hayati
penasaran dengan persaan Zainuddin kepada dia. Sampai dia menemukan lukisan
dirinya di ruang kerja Zainuddin. di lukisan itu tertulis “permataku yang
hilang”. Muluk menceritakan bahwa sebenarnya Zainuddin masih mencintai Hayati
semua roman karyanya sebenarnya
menceritakan tentang Hayati. Zainuddin menyanggah semua yang dikatakan Muluk.
Dan mengaku sudah tidak punya perasaan apa-apa lagi. Hayati diberi uang dan
disuruh pulang ke Sumatra. Saat itu Zainuddin tidak dapat mengantarkan ke
pelabuhan karena ada urusan di Malang. Di kapal dia sangat gelisah dan terus
memandang foto Zainuddin.
Pada
malam hari saat Hayati sedang tidur, kapal Van der wijck yang di tumpanginya tenggelam
di dekat Lamongan. Besoknya Zainuddin mendengar beritanya dan segera menuju
Lamongan. Saat itu Hayati sedang kritis, Zainuddin mengungkapkan perasaan
sebenarnya kepada Hayati. Hayati tersenyum dan mengatakan ia masih mencitai
Zainuddin setelah mengatakan itu Hayati menutup mata untuk selamanya.
Zainudddin makin sedih dan depresi. Ia merasa bahwa Hayati meninggal adalah
kesalahanya. Zainuddin sering sakit-sakitan dan kurang produktif lagi dalam menulis roman. Tetapi sebenarnya
dia sedang menyelesaikan karya besar. Tidak lama setelah kematian Hayati,
Zainuddin meninggal. Karyanya dan dibukukan Zainuddin di makamkan disebelah
makam Hayati.
KELEBIHAN:
Ø Kata-kata dalam novel sangat halus dan
menyenangkan hati, gaya bahasa, santun, sangat memberi warna dengan adanya
syair yang melukiskan keindahan dan kekayaan bahasa pengarang dalam menuangkan
idenya, dan kemasan tulisanya sangat menarik hati untuk membaca naskah
“Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”sampai ke helaian terakhir
Ø Emosi yang dibangun terasa nyata, luapan
kemarahan, perasaan sedih, kegembiraan, dan cinta semuanya melebur jadi satu.
KEKURANAGAN:
Ø
Penulis tidak menjelaskan watak tokoh dengan baik
sehingga pembaca diharuskan menerka-nerka karakter tokoh.
Ø
Banyak kesalahan dalam penggunaan tanda petik dua (“…”).
Seperti pada kalimat:
…,,ini dia, Daeng”, ujarku. (hal 16)
Seharusnya
tanda petik dua terletak diatas keduanya
Ø
Banyak kesalahan dalam penggunaan ejaan, seperti tanda
baca koma, tanda seru, titik dua, dan tanya. Tanda koma, seru, titik dua, dan
tanya. Seharusnya ditulis menempel dengan kalimt sebelumnya.
BUKU NON FIKSI (ARTIKEL)
Judul: Sikap Memaafkan dan Manfaatnya bagi Kesehatan
Penulis:Muhammad mukminin
SINOPSIS
Salah satu sifat mulia yang
dianjurkan dalam Al Qur’an adalah sikap memaafkan. Mereka yang tidak mengikuti
ajaran mulia Al Qur'an akan merasa sulit memaafkan orang lain. Sebab, mereka
mudah marah terhadap kesalahan apa pun yang diperbuat. Padahal, Allah telah
menganjurkan orang beriman bahwa memaafkan adalah lebih baik.Dan jika kamu
maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun,
Maha Penyayang. (QS. At Taghaabun, 64:14).
Pemahaman orang-orang beriman
tentang sikap memaafkan sangatlah berbeda dari mereka yang tidak menjalani
hidup sesuai ajaran Al Qur'an. sikap memaafkan orang-orang beriman adalah
tulus. Karena mereka tahu bahwa manusia diuji di dunia ini, dan tahu bahwa
segala sesuatu terjadi menurut kehendak Allah, dan berjalan sesuai takdir
tertentu,
Dari Semua penelitian yang ada menunjukkan
bahwa kemarahan meningkatkan peluang terjadinya serangan jantung, dan sebuah
keadaan pikiran yang sangat merusak kesehatan manusia. Menurut penelitian terakhir, para ilmuwan Amerika
membuktikan bahwa mereka yang mampu memaafkan adalah lebih sehat baik jiwa
maupun raga. Telah dibuktikan bahwa berdasarkan penelitian, gejala-gejala pada
kejiwaan dan tubuh seperti sakit punggung akibat stress [tekanan jiwa], susah
tidur dan sakit perut sangatlah berkurang. Dan Orang-orang yang diteliti juga
menyatakan bahwa penderitaan mereka berkurang setelah memaafkan orang yang
menyakiti mereka.
Memaafkan, di sisi lain, meskipun
terasa berat, terasa membahagiakan, satu bagian dari akhlak terpuji. Namun, tujuan
sebenarnya dari memaafkan sebagaimana segala sesuatu lainnya haruslahu untuk
mendapatkan ridha Allah. Memaafkan, adalah salah satu perilaku yang membuat
orang tetap sehat, dan sebuah sikap mulia yang seharusnya diamalkan setiap
orang.
KELEBIHAN:
Ø
Gagasan-gagasan yang disampaikan sangat baik, karena
dapat menambah wawasan dan kepekaan pikiran pembaca.
Ø Dalam artikel tersebut disertai fakta yang
mendukung dan meyakinkan, mendidik, dan menawarkan pemecahan suatu
permasalahan.
KEKURANGAN:
Ø Banyak kesalahan dalam penggunaan ejaan,
seperti tanda baca koma, tanda seru, titik dua, dan tanya. Tanda koma, seru,
titik dua, dan tanya. Seharusnya ditulis menempel dengan kalimatsebelumnya.
Ø Dalam penjelasanya penulis hanya terfokus pada
satu pihak (orang beriman) sedangkan pihak yang menjadi perbandingan (orang
tidak beriman) tidak dijelaskan secara rinci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar