Senin, 09 Januari 2012

Analisis Cerpen Sodom dan Gomora



DI BALIK CERPEN SODOM DAN GOMORA
Karya Agus Vrisaba  (Cerpen Terbaik Kompas 1980)
Disusun sebagai UAS Mata Kuliah Pengantar Sastra Indonesia




Oleh:
IKA MAZKIA IZZATI (115110700111008)

Dosen Pengampu:
MAULFI SYAIFUL RIZAL, S. Pd





Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Brawijaya Malang
Tahun 2012


CERPEN “ SODOM DAN GOMORA” KARYA AGUS VRISABA
 (Suatu Tinjauan Sosiologis)

Karya sastra merupakan dokumen sosio-budaya yang mencerminkan zaman. Sebagai dokumen sosio-budaya didalam kaya sastra tersimpan unsur-unsur kehidupan sosial (Suwignyo, 2008: 166). Karya sastra tidak lepas dari penulisnya. Karya sastra merupakan luapan atau penjelmaan perasaan, pikiran, dan pengalaman (dalam arti luas) pengarangnya. Oleh karena itu faktor pengarang tidak dapat diabaikan meskipun tidak harus dimutlakan.
Dalam menciptakan karya sastra, sastrawan tidak dapat lepas dari masyarakat dan budayanya. Seringkali sastrawan sengaja menonjolkan kekayaan budaya masyarakat, suku bangsa dan budayanya. Oleh karena itu untuk memahami dan memberi makna kepada karya sastra. maka latar sosial dan budaya harus diperhatikan. Agar  penemuan pola-pola kehidupan sosial dapat mendekati kehidupan sosial yang ”sebenarnya” , diperlukan pemahaman terhadap kehidupan sosial yang melatari terciptanya karya sastra. Pemahaman terhadap latar sosial ini dapat diperkuat dengan memahami cara pengarang memahami kehidupan sosial dan pandangannya terhadap kehidupan sosial.
Wellek dan Warren (1989) mengingatkan, bahwa karya sastra memang mengekspresikan kehidupan, tetapi keliru kalau dianggap mengekspresikan selengkap-lengkapnya. Hal ini disebabkan fenomena kehidupan sosial yang terdapat dalam karya sastra tersebut kadang tidak disengaja dituliskan oleh pengarang, atau karena hakikat karya sastra itu sendiri yang tidak pernah langsung mengungkapkan fenomena sosial, tetapi secara tidak langsung, yang mungkin pengarangnya sendiri tidak tahu.
Dengan demikian, sebuah asumsi yang mengatakan bahwa karya sastra tidaklah lahir dari kekosongan sosial (social vacuum). Ini bukanlah asumsi yang berlebihan, meskipun kita juga harus selalu ingat bahwa karya sastra adalah hasil dari daya khayal atau imajinasi. Secara langsung atau tidak imajinasi pengarang dipengaruhi, tidak ditentukan oleh pengalaman manusiawi dalam lingkungan hidupnya, termasuk di dalamnya adalah sumber- sumber bacaan (Hardjana, 1981:71). Di samping itu, karya sastra itu tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teeuw, 1980: 11, 12).artinya karya sastra itu lahir dalam konteks sejarah dan sosial-budaya suatu bangsa yang di dalamnya sastrawan penulisnya merupakan salah seorang anggota masyarakat bangsanya. Oleh karena itu, sastrawan tidak terhindar dari konvensi sastra yang ada sebelumnya dan tidak terlepas dari latar sosial budaya masyarakatnya.
            Cerpen ”Sodom dan Gomora” karya Agus Vrisaba merupakan cerpen pilihan kompas 1970-1980, yang termuat dalam buku Dua Kelamin bagi Midin. Agus Vrisaba sebagai pengarang mengangkat suatu cerita yang tidak jauh berbeda dengan realitas kehidupan sosial yang sebenarnya. Cerpen ini mengisahkan tentang alegori moral perihal kemunafikan Bapak Lutus, yang menampilkan diri sebagai pribadi yang religius di depan jemaahnya, tetapi kemudian terbukti masih terikat dengan nilai-nilai duniawi dan masih suka berbuat kasar. Bapak Lutus mati kaku berdiri dengan kepala menoleh ke belakang, seperti istri Lut, yang masih hirau dengan harta yang ditinggalkannya, hingga mati menjelma tiang garam. Persis seperti wejangannya tentang bininya Lut dalam peristiwa Sodom dan Gomora.
Membaca cerpen ”Sodom dan Gomora”  membangkitkan semangat untuk mengingat, mencari dan mencatat segala kejadian yang tengah berlangsung dalam masyarakat. Tidak mengherankan, apabila konflik yang berkembang dalam cerita ini, terasa sebagai suatu produk budaya dan produk masyarakat yang memiliki keterkaitan yang erat dengan kehidupan sosial, yang menyajikan kehidupan yang sebagian besar yang tediri dari kenyataan sosial. Yang selanjutnya dapat dipakai sebagai seperangkat alat untuk memahami kehidupan sosial.
Agus Vrisaba sebagai pengarang cerpen ”Sodom dan Gomora” sangat jeli. Dengan pengalamannya sebagai penulis sastra dan pergaulannya dengan sesama penulis membuatnya dengan mudah mengangkat masalah kemunafikan atau ketidak jujuran yang menjangkit orang-orang yang menjadi tokoh masyarakat atau idola masyarakat (public figure).yang menyebakan dirinya sendiri dan orang lain dirugikan dengan perilaku tersebut
Situasi yang digambarkan dalam cerita ini telah membuat pembaca dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa cerita ini bukanlah semata-mata ciptaan sosial yang menampilkan gambaran kehidupan yang nyata. Namun hanya rekaan dari pengarangnya. Hal ini tampak pada salah satu penggunaan gaya bahasa persamaan atau simile. Majas persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit, yaitu  sesuatu yang sama dengan yang lain. Biasanya majas persamaan atau simile ditandai dengan penggunaan kata, seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya.
Majas persamaan atau simile tampak pada kutipan di bawah ini:
“Manusia sekarang,” kata Bapak Lutus,” serupa dengan penduduk kedua kota yang terletak di ujung selatan Laut Mati pada zamannya itu. Kejahatan terjadi di mana-mana dan Tuhan hanya menjadikan dunia ini sebagai Sodom dan Gomora.

Dalam kutipan, pengarang menyamakan manusia sekarang dengan penduduk ke dua kota pada zaman itu dan menyamakan dunia ini sama dengan Sodom dan Gomora. Karena sama-sama begitu banyaknya kejahatan yang terjadi.
Melalui cerpen ini pengarang menyampaikan suatu amanat bahwa  bahwa orang-orang yang senantiasa mengingat, dan menghadirkan Tuhan ke dalam batinya, dengan ikhlas akan senantiasa mendapatkan keselamatan dari Tuhan. Hal tersebut tampak pada kutipan berikut ini:
“…Dan hanya orang-orang yang menghadirkan Tuhan ke dalam batinya, bukan hanya sekedar di bibir saja, yang akan diselamatkan seperti Lut dan kedua orang anak gadisnya itu.”

Kutipan di atas memberikan gambaran sekaligus memberikan suatu pemahaman kepada pembaca bahwa dalam melakukan apa pun kita harus senantiasa mengingat dan menghadirkan Tuhan agar kita selalu hidup dengan keselamatan.
Selain itu, dalam cerpen ”Sodom dan Gomora”, pengarang juga menyampaikan suatu pesan agar kita hidup itu harus menjadi diri sendiri, jujur, tidak munafik dalam menjalani hidup dalam bermasyarakat dan tidak hidup dalam ke pura-puraan, sehingga kita bisa tenang dalam menjalani kehidupan dan  keharmonisan dalam berhubungan dengan masyarakat tanpa harus dibayangi kecemasan akan suatu hal yang tidak diinginkan. Hal ini tergambar pada kutipan berikut:
Kalau dia naik sepeda motor, hadirin di pertemuan mingguan itu tentu akan memandangnya sebagai orang yang masih dipengaruhi harta dunia. Di depan mata mereka dia harus kelihatan seperti orang sederhana, tidak tergoyahkan oleh godaan, yang seperti  sering dia katakana kepada mereka, pada zaman ini begitu banyak , antara lain barang-barang mewah, mobil, sepeda motor, televisi, dan sebagainya dan sebagainya.


Dari kutipan di atas terlihat bahwa Bapak Lutus itu berusaha  menyembunyikan kebiasaan buruknya,  agar telihat menjalankan seperti apa yang sudah disampaikan pada saat memberikan wejangan kepada jemaahnya.
Dalam cerpen “Sodom dan Gomora” juga memberikan pesan bahwa menjalankan ketaatan pada Tuhan yang Maha Esa tidaklah dikala senang saja, melainkan di segala keadaan. Dan pengamalan terhadap keimanan dan ketaatan padaNya harus dijunjung tinggi, tanpa terhalangi topeng-topeng duniawi. Melalui cerpen ini pula, pengarang menyampaikan suatu amanat bahwa dalam kehidupan ini, setiap manusia harus selalu waspada terhadap segala kemungkinan yang tidak terduga.  Dan semua yang telah terjadi itu tidak perlu disesali dengan terus larut dalam penyesalan. Hal ini secara eksplisit sampaikan pengarang sebagaimana tampak pada dua kutipan berikut ini.
Mengapa tidak? Setiap pagi, bangun dari tidur dia berdoa. Mau sarapan dia berdoa. Mau mulai bekerja di kantornya, dia berdoa. Makan siang sebelum dan sesudahnya, dia berdoa. Makan malam, bersama-sama anak-anak dan istrinya, mereka berdoa. Hendak tidur dia buka Alkitab dan membacanya sampai kantuknya tiba, kemudian memuji namaNya, baru tidur. Pada setiap kali diterima uang gajinya, tak lupa ia memuji namaNya.

………………………………………………………………………………….
Semalam bapak Lutus tidak bisa tidur. Hilangnya sepeda motor itu membuat hatinya merasa sangat kesal, kecewa,  dan menyesal. Tanpa berdoa lagi dia banting tubuhnya ke atas pembaringannya. Tidak ada waktu menghadirkan Tuhan ke dalam batinya. Pikiranya penuh diliputi ke kecewaan dan sesal.

 Dari dua kutipan diatas memberikan gambaran bahwa hanya saat diliputi rasa senang saja Bapak Lutus  mengingat dan menghadirkan Tuhan, sedangkan pada saat ditimpa kesusahan dia terus larut dalam kesedihan dan penyesalan sehingga melupakan dan tidak menghadirkan Tuhan dalam mengatasi dan menghadapi semuanya. Padahal kita harus senantiasa menghadirkan Tuhan kapan saja dan di mana saja kita berada. Karena semua yang terjadi adalah atas kehendak Tuhan kita sebagai manusia hanya bisa wasapada dan menerima semua yang akan terjadi.












Di balik Cerpen Sodom dan Gomora
Karya Agus Vrisaba (Cerpen Terbaik Kompas 1980 )

  1. Apa tema utama yang akan disampaikan oleh pengarang? Apakah tema yang disampaikan oleh pengarang itu berkaitan dengan konteks masyarakat pada saat cerpen tersebut dilahirkan (hingga saat ini)? Jelaskan!
     Dalam cerpen "Sodom dan Gomora" karya Agus Vrisaba, tema utama yang ingin disampaikan adalah kemunafikan yang dilakukan seorang yang menjadi panutan masyarakat. Kemunafikan  tersebut terjadi dalam hal pemberian wejangan kepada para jemaahnya yang dalam kenyataanya Bapak Lutus itu sendiri tidak  tidak menjadi pribadi seperti apa yang disampaikanya sewaktu memberikan wejangan kepada jemaahnya. Kemunafikan yang terjadi adalah kemunafikan Bapak Lutus, yang menampilkan diri sebagai pribadi yang religius, tetapi kemudian terbukti masih terikat dengan nilai-nilai duniawi. Dalam cerpen tersebut, peristiwa yang tidak diinginkan terjadi, hukuman harus diterima oleh Bapak Lutus dalam kemunafikan tersebut. Bapak Lutus ditemukan berdiri kaku di belakang jendela dalam kamarnya, dengan kepala menoleh ke belakang, dan sudah mati. Kulitnya begitu kering dan bergaram. Tema tersebut tersirat di halaman 389-390 dalam cerpen tersebut. Cerpen tersebut menceritakan tentang Bapak Lutus  yang memberikan wejangan kepada jemaah tentang peristiwa Sodom dan Gomora serta menceritakan tentang bini Lut yang menoleh ke belakang, lalu ia jadi sebatang tiang garam. Tetapi semua wejangan yang telah disampaikan kepada jemaahnya itu tidak sesuai dengan kenyataanya. Bapak Lutus melakukan perbuatan yang tidak mencerminkan dirinya seperti saat memberikan wejangan, terbukti ia lebih mementingkan duniawi dan tega berbuat kasar terhadap anak dan istrinya. Sampai hukuman atas kemunafikan diterimanya. Jenazah Bapak Lutus ditemukan berdiri kaku di belakang kamarnya, dengan kepala menoleh ke belakang, Persis seperti wejangannya tentang bininya Lut dalam peristiwa Sodom dan Gomora.
Menurut saya, tema utama yang terdapat dalam cerpen "Sodom dan Gomora" karya Agus Vrisaba yaitu tentang kemunafikan Bapak Lutus terhadap jemaahnya dalam hal pemberian wejangan kepada para jemaah yang tidak diikuti dengan kepribadian yang sesuai dengan wejangan yang disampaikan yang sangat berkaitan dengan konteks masyarakat pada saat cerpen tersebut lahir bahkan sampai sekarang ini. Tema tersebut bukan saja berkaitan dengan konteks masyarakat tetapi tetap terjadi sampai sekarang ini. Banyak sekali berita di media massa yang sering membahas kemunafikan atau kebohongan atau tidak sejalannya ucapan dan tindakan tokoh masyarakat yang menjadi panutan atau idola masyarakat yang tidak mengenal kejujuran dan dilakukan secara seenaknya sendiri kepada masyarakat yang ada di sekitarnya. sebelum memasuki tahun 2012, peristiwa mengenai kemunafikan atau tidak sejalannya  ucapan dengan tindakan   di dalam masyarakat sudah sering terjadi. Contoh yang paling baru adalah  kemunafikan yang dilakukan seorang pemuka agama yang  jadi panutan warga masyarakat di Bali. Yang ternyata dibalik sosoknya sebagai pemuka agama dia menyembunyikan kebiasaan buruknya yang suka judi. Dengan alasan untuk menjaga hubungan dengan masyarakat.
Hal ini akan terus berlanjut sampai tahun-tahun yang akan datang karena tuntutan zaman yang semakin maju dan kemewahan serta keinginan seorang akan sesuatu yang terbaik untuk dirinya akan membuat manusia berlomba-lomba melakukan segala hal dengan cara apa pun untuk mewujudkan keinginannya, termasuk melakukan kebohongan dan kemunafikan. Meskipun ternyata dirinya sendiri dan masyarakat sekitar yang harus menjadi korban.
2.      Berkaitan dengan tokoh dalam cerpen, setujukah anda dengan sikap/tindakan/perilaku yang dilakukan oleh tokoh utamanya? Jelaskan jawaban anda!
     Berkaitan dengan tokoh dalam cerpen "Sodom Dan Gomora" Karya Agus Vrisaba, saya  tidak setuju dengan sikap/tindakan/perilaku yang dilakukan oleh tokoh utamanya, yaitu Bapak Lutus. Dalam cerpen tersebut, Bapak Lutus memiliki sifat dan perilaku yang buruk. Karena sebagai seorang yang sering memberi wejangan dan menjadi panutan  jemaahnya tentang suatu kebaikan ternyata dia sendiri tidak bisa melakukan hal yang sama seperti apa yang telah dikatakanya kepada jemaahnya. Ia  juga memiliki “ sisi lain”, yaitu terlalu sayang harta. Bapak Lutus masih terikat dengan nilai-nilai duniawi. Ia pun ringan tangan. Ungkapan bahwa Bapak Lutus ini terlampau sayang pada hartanya dan ringan tangan, tercermin saat motor yang baru saja dibeli dengan uang tabungannya hilang saat di pakai oleh anak tertuanya, Rino. Bapak Lutus menampar anaknya dan istrinya. Sikap/perilaku/tindakan Bapak Lutus yang munafik, masih terikat nilai-nilai duniawi dan ringan tangan sungguh disayangkan padahal masih banyak cara untuk menyelesaika masalah atau beban, tanpa harus melakukan kebohongan dan main tangan, apalagi itu anak sendiri. Semua perilaku kasar itu malah akan berimbas pada kejiwaan anak. Dan sikap/tindakan/perilaku tersebut merupakan contoh yang tidak baik bagi  saya khususnya dan juga pembaca bagi umumnya untuk selalu jujur, tidak  ringan tangan, dan tidak munafik  dalam menghadapi persoalan di kehidupan ini. Sekalipun bertentangan dengan keinginan masyarakat.


  1. Cerpen yang anda pilih adalah cerpen terbaik Kompas pada tahun tertentu. Menurut pertimbangan anda, mengapa cerpen tersebut dipilih oleh Kompas sebagai cerpen yang terbaik?
Cerpen " Sodom dan Gomora" karya Agus Vrisaba merupakan salah satu cerpen terbaik pilihan Kompas. Menurut saya, cerpen tersebut dipilih sebagai salah satu cerpen terbaik pilihan Kompas  adalah karena beberapa hal. Hal-hal tersebut antara lain adalah isi yang ingin disampaikan oleh Agus Vrisaba lewat Sodom dan Gomora yaitu kejujuran dan kritik social yang kuat, proses penceritaan yang sederhana tetapi memukau dan juga penggunaan gaya bahasa yang sederhana. serta keanggunan dan kecantikan makna yang sungguh tidak gampang luntur, membuat pembaca menikmati membacanya. Selain itu suatu objek juga dideskripsikan dengan detail. Dengan lebih menonjolkan gaya bahasa yang sederhana dan proses penceritaan yang sederhana pula, pesan atau isi cerpen yang ingin disampaikan oleh Agus Vrisaba dapat langsung tersampaikan. Dengan  demikian, pembaca dapat langsung mengerti dan mengetahui pesan yang ingin disampaikan oleh Agus Vrisaba. Selain itu pada tahun tersebut, kritik sosial dan kejujuran merupakan salah satu hal yang sulit untuk ditemui, tetapi lewat cerpen Agus Vrisaba ingin memberikan sebuah kritik sosial yang selama ini sering terjadi tetapi masih banyak orang yang acuh dan tidak peduli.
4.      Kutiplah salah satu alenia yang menurut anda menarik! Beri alasan!
 “Manusia sekarang,” kata Bapak Lutus, “ serupa dengan penduduk kedua kota yang terletak di ujung selatan Laut Mati pada zamannya itu. Kejahatan terjadi di mana-mana dan Tuhan hanya menjadikan dunia ini sebagai Sodom dan Gomora. Dan, hanya orang-orang yang menghadirkan Tuhan ke dalam batinya, bukan hanya sekedar di bibir saja, yang akan diselamatkan seperti Lut dan kedua orang anak gadisnya itu.”

Kutipan di atas adalah salah satu percakapan antara tokoh utama (Bapak Lutus) dengan jemaahnya dalam cerpen tersebut.
Saya memilih kutipan tersebut karena makna dan pesan yang terkandung dalam kutipan tersebut sangat dalam. Makna kutipan tersebut adalah kita sebagai manusia yang hidup di zaman sekarang ini harus berhati-hati karena kejahatan terjadi dimana-mana,  kita sebagai manusia haruslah senantiasa menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya karena Tuhan sudah menetapkan dosa besar yang tak terampuni, yang menjatuhkan siapa saja ke dalam kemusnahan akibat murka Tuhan bagi yang melakukan kejahatan yang melanggar apa yang di perintahkan Tuhan. Selain hal tersebut, makna tersirat kutipan tersebut adalah kita sebagai hamba Tuhan harus menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini menurut kehendak Tuhan dan berjalan sesuai takdir tertentu, oleh karena itu kita harus senantiasa mendekatkan diri dan selalu menghadirkan Tuhan dalam batin kita dengan ikhlas, sebagaimana segala sesuatu lainya. Dengan tujuan utamanya haruslah mendapatkan ridho Tuhan. Karena dengan menjadikan Tuhan dekat dengan kita, mengingat Tuhan kapan saja dan dimana saja. Maka senantiasa kebahagiaan dan keselamatan akan menghampiri kita.










Daftar Rujukan

Cerpen Kompas Pilihan 1970-1980. 2003. Dua Kelamin bagi Midin. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Damono, S. D. 1999. Politik Ideologi dan Sastra Hibrida. Jakarta: Pustaka  Firdaus.
Hardjana, A. 1981. Kritk Sastra: Sebuah Pengantar. Jakarta: PT Gramedia.
Noor, A. 2008. Cerpen Kompas Pilihan 1970-1980: Dua Kelamin bagi Midin, (Online), (http://maribelajarbersama.blogspot.com/2005/05/19/cerpen-kompas-pilihan-1970-1980-dua-kelamin-bagi-midin), diakses 29 Desember 2011.
Suwignyo, H. 2008. Kritik Sastra Indonesia Modern. Malang: A3 (Asih Asah Asuh).
Teeuw, A. 1980. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: PT Gramedia.
Wellek & Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar