Senin, 09 Januari 2012

Kritik Sastra


KRITIK SASTRA
Anton Wahyudi*
Genre kritik sastra ada 8, yaitu:
1.       PRACTICAL / APPLIED CRITICISM
membahas pengarang dan karya tertentu, prinsip-prinsip teoretis adalah implisit dalam analisis atau interpretasi.
Prosedur:
a.       Baca karya sastra (puisi, prosa, atau drama) !
b.       Analisis karya sastra (sebagai kritikus)
Alat analisis: Teori tidak digunakan—teori tidak perlu dinyatakan secara eksplisit. Oleh karena itu, analisis karya sastra genre ini seolah-olah tanpa teori.
c.        Sifat dari Applied Criticism: bisa subjektif atau objektif (laporan pembaca)
d.       Hasil Temuan Akhir: Melalui kritikus—sastra dianggap baik atau buruk, sastra dianggap memunyai manfaat besar bagi perkembangan sastra, dan lain-lain.
2.       THEORETICAL CRITICISM
mengusulkan teori sastra dan prinsip-prinsip umum mengenai bagaimana pendekatan itu; kriteria untuk evaluasi muncul.
Prosedur:
a.       Baca karya sastra (puisi, prosa, atau drama) !
b.       Cari teori yang sesuai dengan hakikat karya sastra tersebut—tulis secara eksplisit teori ini (misalnya teori feminisme, teori psikoanalisis Lacan, Strukturalisme, dan lain-lain)
c.        Analisis karya sastra tersebut berdasarkan butir-butir dalam teori sastra di atas
d.       Kalau seandainya satu teori dianggap tidak cukup, maka dapat ditambahkan teori lain—teori campuran ecletic
e.        Hasil Temuan Akhir: Melalui kritik, sastra dianggap sesuai dengan teori (relevan)—karya sastra yang dikritik dianggap bagus. Atau sebaliknya, kritik karya sastra (melalui teori)—[karya sastra memunyai kelemahan, dan lain-lain].
3.       IMPRESSIONISTIC CRITICISM
"menghargai" sebagai respon yang dimunculkan kritikus dari karya sastratentang "jiwa" dan pengaruh besar dari sebuah "karya". Artinya, impressionistik menekankan bagaimana sebuah “karya” memengaruhi pembacanya (kritikus).
Prosedur:
a.       Baca karya sastra yang bagi kritikus memberi kesan bagus
b.       Analisis karya sastra tersebut berdasarkan kesan-kesan kritikus terhadap dulce et utile karya sastra tersebut
c.        Teori dapat digunakan atau tidak. Namun sebaliknya, sebaiknya gunakan teori (seperti dalam Theoritical Criticism).
d.       Sifat dari Impressionistic Criticism: memengaruhi pembaca (kritikus)
e.        Applied Criticism: bisa subjektif atau objektif
f.        Hasil Temuan Akhir: Simpulan—kesan-kesan, pengaruh—[kritikus+KS+teori]
4.       JUDICIAL CRITICISM
upaya untuk menganalisis dan menjelaskan efek-efek melalui bentuk dasar dari "pembedahan": subjek, gaya maupun teknik.—[menilai]—dengan konvensi.
Prosedur:
a.       Baca karya sastra (puisi, prosa, atau drama) !
b.       Bedah unsur-unsur karya sastra tersebut (subjeknya, gaya bahasanya, organisasinya, tekniknya, dan lain-lain—[sesuai dengan hakikat karya sastra tersebut].
c.        Sifat dari Judicial Criticism: menghakimi dan membedah karya sastra.
d.       Analisis unsur-unsur yang ada di dalam karya sastra tersebut dengan menggunakan salah satu teori sastra.
e.        Hasil Temuan Akhir: Simpulan karya sastra dengan teori yang digunakan.
5.       MIMETIC CRITICISM
kritikus berusaha mengevaluasi sastra sebagai imitasi atau representasi kehidupan—[tiruan dunia/kehidupan manusia]. Kritik sastra mimetik cenderung digunakan untuk mengukur kemampuan suatu karya sastra dalam menangkap gambaran kehidupan yang dijadikan sebagai objek.
Catatan:
a.       Konsep Mimetik Plato: Seniman (sastrawan) tidak akan mampu meniru ralita, karena realita yang ditiru oleh seniman (sastrawan) hanyalah realita berdasarkan persepsi seniman atau kepentingan seniman (kepentingan tentang kepercayaan, ideology, dan lain-lain). Akan tetapi, bukanlah realita dalam arti yang sebenarnya—[oleh karena itu karya seni adalah palsu, tidak bermanfaat, dan dapat menjerumuskan pembaca/penikmat seni].
b.       Konsep Mimetik Aristoteles: Seniman (sastrawan) memang tidak perlu meniru realita sebagaimana adanya—seniman (satrawan) meniru realita berdasarkan persepsi seniman sendiri, dan hebatnya karya seni (KS) yang diciptakan oleh seniman (satrawan) ditentukan oleh unsur (1) creatio (kreativitas dalam menciptakan fiksionalitas), dan (2) universalia (hal-hal yang universal/umum)—[yang member harapan baru—[memunyai efek bagi pembaca/penikmat seni].
Prosedur:
a.       Baca karya sastra !
b.       Analisis mimetik sastra
c.        Buktikan bahwa karya sastra tersebut memunyai unsur creatio dan universaliadulce et utile.(baca: Teori Kesusastraan Rene Wellak & Austin Warren)
d.       Sifat: interpretasi, mengaitkan—[Karya Sastra+realita]
e.        Hasil Temuan Akhir: Simpulan konsep mimetik kritik melalui karya sastra.
6.       PRAGMATIC CRITICISM
memutuskan seberapa baik hasil kerja pengarang (melalui KS-nya) mencapai tujuan (pembaca). Kritik yang disusun berdasarkan pandangan bahwa sebuah karya sastra diciptakan untuk mencapai efek-efek tertentu kepada pembacanya, seperti efek kesenangan, estetika, pendidikan, dan sebagainya.
Prosedur:
a.       Baca karya sastra (puisi, prosa, drama) !
b.       Perhatikan strategi penulisan pengarang karya sastra tersebut (misalnya; bagaimana pengarang menciptakan tokoh-tokohnya, menciptakan alurnya, menciptakan konflik puncaknya, ending ceritanya, dan lain-lain).
c.        Buktikan bahwa strategi itu berhasil dengan baik—[alasan: karena karya sastranya benar-benar memang baik]. Atau mungkin sebaliknya, strategi yang digunakan pengarang tidak berhasil dengan baik—[alasan: karena itu karya sastranya tidak baik].
d.       Hasil Temuan Akhir: Penilaian karya sastra (kritikus)
7.       EXPRESSIVE CRITICISM
menekankan telaah tentang seberapa baik seorang pengarang bisa menyatakan atau mencurahkan dirinya sendiri, visi-nya, dan perasaan ke dalam wujud sastra. Kritik—menimbang karya sastra dengan memperlihatkan kemampuan pencurahan, kesejatian, atau visi penyair yang secara sadar atau tidak sadar bisa tercermin dalam karyanya.
Prosedur:
a.       Baca karya sastra (umumnya puisi) !
b.       Analisis apakah pengarang berhasil mengungkapkan gagasannya dengan kadar ekspresi yang tinggi (contoh dalam realita: kadar ekspresi bung karno dalam pidato-pidatonya)—[sifat; memukau pembaca]
c.        Catatan: kalau kadar ekspresi pengarang bagus, maka karya sastra dianggap bagus, demikian pula sebaliknya.
8.       TEXTUAL CRITICISM
bertujuan untuk membentuk teks asli yang akurat tidak rusak identik dengan apa yang dimaksud penulis. Kritik umumnya melibatkan coallting manuskrip dan versi dicetak, menentukan validitas versi; bersifat menemukan kembali. Menguraikan naskah tulisan tangan rusak dan tak terbaca, dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar